![]() |
Tari Jaipong |
Dulu tarian ini dijadikan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tarian jaipong adalah sebuah inovasi yang dibuat oleh seorang seniman yang berasal dari daerah Karawang bernama H. Suanda.
Haji Suanda merupakan salah satu seniman berbakat yang berasal dari daerah Karawang. Beliau mempunyai bakat yang luar biasa. Serta memiliki keahlian menguasai sejumlah kesenian tradisional Indonesia dari berbagai daerah, Terutamanya daerah Karawang. Beberapa kesenian daerah yang dikuasainya diantaranya yaitu Wayang Golek, Pencak Silat, Ketuk Tilu, dan Topeng Banjet.
Kemudian, H. Suanda membuat sebuah inovasi. Beliau menciptakan inovasi berupa menggabungkan beberapa macam tarian yang dikuasainya menjadi satu. Tarian tersebut terdiri dari Tari Banjet, Tari Pencak Silat, Tari Ketuk Tilu, Tari Wayang Golek, dan Tari Topeng. Hasil dari pencampuran tersebut yakni munculnya sebuah karya seni daerah yang unik dan digemari oleh masyarakat.
Pada saat pertunjukan kesenian daerah tersebut digelar belum diberikan nama tari jaipong. Iringan musik yang dipakai dalam pementasan itu menggunakan alat musik yang diantaranya adalah Gendang, Degung, Gong, dan alat musik yang diketuk lainnya. Perpaduan berbagai jenis alat musik tersebut melahirkan sebuah musik pengiring tarian menjadi sangat energik dan unik.
Selain iringan alat musik, pada setiap pementasan kesenian tari ini juga diiringi oleh nyanyian dari seorang sinden. Kemudian dari pertunjukan tersebut, menarik perhatian dari seorang seniman yang berasal dari daerah Sunda bernama Gugum Gumbira untuk mempelajarinya.
Kala itu Gugum Gumbira sudah lihai pada tarian ini. Lalu, beliau menyusun ulang semua gerakan pada tarian itu, hingga akhirnya terciptalah sebuah tarian bernama Jaipong. Pada sejak itulah, tarian ini mulai diperkenalkan oleh masyarakat Bandung.
Sementara, jika dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Tari Jaipong diciptakan oleh dua orang seniman yang berasal dari Karawang dan Bandung bernama H. Suanda dan Gugum Gumbira pada tahun 1975.
Perhatian H. Suanda dan Gugum Gumbira terhadap kesenian tari daerah dengan salah satunya yaitu tari ketuk tilu tersebut, membuat kedua seniman ingin mengenal, dan memahami mengenai perbendaharaan pola gerak tari tradisi yang terdapat pada Bajidoran/ Kelingan atau Ketuk Tilu.
Penulis : Written by
Posting Komentar
Posting Komentar